Oleh Azharul Husna & Rino Abonita
Cat Acrylic di atas kanvas | Dimensi 70×55 cm
Republik Dominika pernah dikuasai oleh seorang laki-laki yang dikenal sebagai El Jefe (Bos) atau el Chivo (Kambing). Jenderal yang terlahir dengan nama Rafael Leonidas Trujillo Molina itu merebut kemenangan dalam pemilihan presiden melalui intimidasi dan kekuasaan lalu mendirikan sebuah rezim kediktatoran yang memerintah selama 31 tahun.
Melalui rezim partai tunggal, Republik Dominika dikendalikan di bawah kemakmuran palsu, di mana perekonomian negara termasuk produksi barang-barang dikuasai dan didistribusikan hanya kepada famili dan kroni Truijilo. Selain terkenal sebagai presiden yang memberlakukan pengamanan intimidatif melalui penangkapan sewenang-wenang, penyiksaan, pemerkosaan, serta pembunuhan, el Chivo adalah seorang maniak yang terobsesi ingin semua perempuan tunduk di bawah kakinya.
Presiden yang telah menikah sebanyak tiga kali itu pernah mengadakan sebuah pesta di rumahnya dan turut mengundang Mirabal bersaudari ke dalamnya. Waham superioritas laki-laki yang biut serta kepemilikan jabatan membuat ia yakin bahwa Minerva tidak akan menolak ajakan untuk tidur dengannya.
Minerva bukan perempuan yang tunduk terhadap kegilaan budaya kekuasaan dan penguasaan laki-laki, ia pun menolak Truijilo. Minerva dan saudari-saudarinya terpaksa kabur dari pesta di tengah-tengah hujan badai untuk menghindari amarah Truijilo karena menolak permintaan sang maniak—peristiwa itu telah menambah rasa jelak Minerva terhadap rezim Truijilo serta seksismenya.
Sebelum diikuti oleh saudari-saudarinya yang lain, Minerva sudah lebih dulu berada di jalur perlawanan, bahkan muncul sebagai anti-Truijilo paling keras dari kalangan perempuan yang berani muncul. Yang dilakukannya adalah sesuatu yang takut dilakukan oleh kebanyakan perempuan di bawah rezim Truijilo saat itu.
Kelak, Maria, Patria, dan Dede mengikuti langkah dan ideologi saudari mereka, Minerva. Mirabal bersaudari pun mengukuhkan diri berada di jalur oposisi, melawan presiden yang jadi otak tragedi Peterseli—sebuah pembantaian yang telah menewaskan puluhan ribu bangsa Haiti.
Minerva dan suaminya menjadi pemimpin perlawanan bawah tanah bahkan memelopori Gerakan 14 Juni—sebuah kup didukung pemerintah Kuba namun gagal—yang membuat mereka jadi target incaran karena dianggap jadi onak bagi rezim. Mereka sempat ditangkap hingga kemudian dibebaskan, namun selama di balik jeruji, perlawanan terhadap rezim tetap dinyalakan.
Suatu hari, Truijilo pun merancang skenario pembunuhan, tubuh Mirabal bersaudari ditemukan di dasar jurang dengan bekas cekikan serta pukulan, di dalam sebuah jip—termasuk di dalamnya pengemudi mobil, Rufino de la Cruz—dalam perjalanan menjenguk suami Minerva dan Patria di penjara Puerto Plata. Peristiwa yang terjadi pada 25 November 1960 itu dikukuhkan sebagai Hari Internasional untuk Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan oleh PBB, untuk merawat perlawanan yang pernah dilakukan para Las Mariposas (kupu-kupu).
Dalam buku Tres Heroínas y un Tirano karya Miguel A. García, diceritakan bahwa Trujillo pernah bertanya kepada Minerva, “Bagaimana jika saya mengirim rakyat saya untuk menaklukkan Anda?” yang dijawab, “Dan bagaimana jika saya menaklukkan rakyat Anda?” Ucapan Minerva bukan ancaman, tetapi kenyataan, di mana legasi perlawanannya tetap dirawat sampai saat ini.